Minggu, 06 Mei 2018

Do'a yang Dikabulkan (Part 1)

Siswa-siswi SMA lagi merayakan kelulusannya. Banyak cara mereka dalam mensyukuri kelulusan tersebut seperti sujud syukur, berbagi dengan kaum dhuafa dan berbagai kegiatan positif lainnya. Meskipun sebagian yang lain masih merayakannya dengan euforia sesaat tak berfaedah seperti coret-coretan. Lulus SMA menyatakan mereka lulus sebagai siswa.  Jenjang tertinggi dalam pendidikn menengah. Peristiwa ini mengingatkan saya pada belasan tahun silam (Jadi saya bukan angkatan dilan ya, masih muda belia hahaha ngarep).

Mereka yang lulus sejatinya hanya merayakan kebahagiaan sesaat karena ada ujian yang lebih berat dari UN yaitu ujian masuk perguruan tinggi. Nah, momen ini merupakan bagian terpenting dalam perjalanan hidup saya. Momen yang membuat saya harus keluar dari zona zaman. Momen dimana pertama kalinya saya menyadari kekuatan sebuah do'a. 

Ada beberapa cara masuk perguruan tinggi negeri, salah satunya melalui jalur tanpa tes. Kelulusan ditentukan berdasarkan seleksi raport, dulu namanya PMDK (red: sekarang SNMPTN). Saya diterima di PTN lewat jalur ini. Berdasarkan nilai raport saya diberi kesempatan untuk memilih 3 universitas. 2 PTN favorit di pulau Jawa dan 1 PTN terbaik di Sumbar. Target utama saya lulus di PTN Sumbar karena jurusan yang saya pilih adalah sesuai cita-cita saya.

Farmasi menjadi jurusan yang saya impikan sejak awal masuk SMA. Saya bercita-cita menjadi apoteker. Melalui korespondensi saya sering curhat dengan seorang sahabat pena yang berasal dari Jogjakarta. Kami satu angkatan dan mempunyai cita-cita yang sama. Sebenarnya saat itu saya juga ingin mencoba masuk universitas di Jogja seperti pilihan teman. Namun saat menyodorkan brosur biaya kuliahnya ke orang tua mereka tidak sanggup. Saya cukup sadar diri, perekonomian keluarga kami saat itu masih pas-pasan dan saya juga masih punya dua adik yang juga butuh biaya sekolah. Jadi harapan satu-satunya saat itu adalah PTN di Sumbar. Berbekal nilai yang bagus dan jejak rekam alumni sebelumnya, saya yakin diterima di jurusan farmasi.

Tibalah hari pengumuman, dari 4 orang yang mendaftar di PTN tersebut hanya ada 3 orang yang lulus. Artinya ada satu orang yang tidak lulus dan itu adalah saya. Seketika saya merasa terhempas ke jurang, saya sangat terpukul. Malu dan hina rasanya sebagai juara umum selama SMA kalah sama teman-teman yang nilainya di bawah saya. Sudah dipastikan teman saya yang nilainya jauh di bawah saya tersebut sudah aman dan tenang karena sudah mendapatkan PTN impian. Sedangkan saya? Menangis tersedu meluapkan kekesalan di depan orang tua. Sunguh sangat berat menerima kenyataan yang ada. Papa dan mama mencoba membesarkan hati saya, mengingatkan saya untuk ikhlas dan sabar karena masih ada harapan pada 2 universitas yang saya pilih. Lagi-lagi keangkuhan menyelimuti diri, saya bilang tidak akan meneruskan pada universitas lain karena saya hanya mau kuliah di jurusan farmasi. Mereka sangat sabar menghadapi saya dan mengikuti apa yang saya inginkan yaitu masuk bimbel persiapan SPMB (red: sekarang SBMPTN).

Berangkatlah saya ke kota Padang dengan tekad bulat belajar sungguh-sungguh demi menembus farmasi. Orang tua turut serta mengantarkan lengkap dengan perbekalan selama sebulan penuh (antara haru dan lucu saya teringat waktu ini) 😂.

Hari-hari saya isi dengan belajar dan terus introspeksi diri. Saya mengingat kembali apa yang telah terjadi, mungkin ada yang salah dalam saya berharap dan bersikap. Sehelai daun yang gugur atas kehendakNYA untuk kemudian berganti dengan daun yang baru. Mungkin itu yang sedang terjadi pada diri ini. Setiap penghujung malam dan seusai shalat saya tidak lagi berdoa untuk lulus di jurusan Farmasi. Saya meminta kepada Allah untuk dimudahkan masuk perguruan tinggi yang akan mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat buat saya nantinya. Do'a ini membuat saya jauh lebih tenang menghadapi hari-hari ke depan. Ikhlas pada apa yang sudah terjadi, ikhtiar dan tawakal dalam menggapai mimpi.

Bersambung.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lelaki Ku

Terpisah jarak dan waktu dari orang yang dicinta Pergi jauh dari tanah kelahiran demi wujudkan cita Tekad membaja sebagai bekal diri ...