Selasa, 27 Maret 2018

Istirahat mu di Surga

Suara azdan subuh berkumandang dari mesjid dekat rumah. Tubuhku yang masih menolak bangun ku paksakan beranjak dari tempat tidur. Dinginnya air yang menyentuh wajah sedikit menyegarkan tubuhku yang capek dan ngantuk.

Beginilah kehidupan malam ku, aku harus terjaga dari jam 00.00 WIB sampai waktu menjelang subuh. Bisa tidur 30 menit sebelum subuh merupakan suatu kenikmatan yang luar biasa bagi ku. Kehidupan pagi ku tak berbeda jauh dengan kehidupan malam ku yang minim istirahat. Setelah menyiapkan sulung berangkat sekolah dan menyiapkan hidangan dan bekal untuk orang-orang dirumah, saya pun segera bersiap-siap berangkat ke kantor. Bersyukur ritme kerja dikantor tidak terlalu padat dan saya lebih leluasa mengatur waktunya, jadi minimal 1 jam sudah dipastikan saya bisa istirahat dengan cukup. Namun sekali-kali jatah istirahat ini juga harus dipakai untuk menyelesaikan deadline pekerjaan.


Beberapa rumah dari rumahku, ada kehidupan lain yang sedikit berbeda tapi bisa juga dibilang sama. Adzan subuh pun menjadi alarm baginya untuk bangun. Tugas utamanya di pagi hari adalah menyiapkan anak-anak dan suami berangkat sekolah dan bekerja. Setelah itu lanjut mengantarkan anak. Mungkin dia berpikir, setelah mengantar anak-anak saya bisa melanjutkan tidur semalam yang kurang nyenyak. Tapi, tumpukan baju kotor diember melambai-lambai minta digiling. Pun, mainan yang berserakan dilantai minta segera disingkirkan karena sungguh membuat rumah yang mungil ini terasa semakin sempit. Hidupnya berputar pada siklus yang sama, beralih dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya yang tak ada habis -habisnya. Sesekali tangannya meraih smartphone dan berselancar di dunia maya untuk  sejenak merilekskan syaraf-syarafnya agar tetap waras. Jarum jam seakan berputar cepat sekali sehingga pergantian malam dan siang seakan tiba-tiba.

Saya yakin, ibu yang tinggal di komplek sebelah pun punya ritme hidup yang tidak jauh berbeda dengan saya bahkan ibu-ibu di pelosok negeri pun pasti sama. Capek dan lelah cukup dirasakan, berharap lelah berganti lillah. Waktu istirahat di dunia tak apalah kurang, istirahat di Surga yang kami rindukan.

F.Zulti, Maret 2018

Minggu, 25 Maret 2018

Penantian

Wajah teduh nan menyenangkan
Bola mata yang selalu bersinar
Sikap tubuh yang anggun
Hati yang luas dan tegar

Sungguh pribadi yang menawan
Tak pernah mengeluh dan selalu bersabar
Optimis dalam penantian pangeran
Kini,semua sudah berakhir

Tak perlu berlama-lama lagi dalam penantian
Sang pencipta tak pernah menyalahi takdir
Berbahagialah, bidadari surga menantikan
Kau yang berjiwa tegar







Lelaki Ku

Terpisah jarak dan waktu dari orang yang dicinta Pergi jauh dari tanah kelahiran demi wujudkan cita Tekad membaja sebagai bekal diri ...