Jumat, 11 Mei 2018

Tepat Sasaran Dalam Bersedekah

"Bu, nanti siang ibu pulang kan?"
"InsyaAllah bi, kenapa?"
"Ini bu, suami saya dapat kupon tiket sembako. Bisa diambil jam 10.00-11.00 dan jam 13.00-14.00. "
" Bibi ambil yang jam 1 aja ya, ga keburu kalau yang jam 11."
" Iya bu"
Begitulah dialog singkat saya dengan bibi sebelum berangkat kantor. 
Setiba di kantor, saya baru ingat ada agenda jenguk teman yang lagi sakit. Berdiskusilah dengan teman agar bisa berangkat sebelum jam makan siang. Jadi saya bisa sampai rumah sebelum jam 12.30. 

Berangkatlah bibi dengan anak saya yang juga pengen ikut karena punya tujuan yang sama. Anak saya pengen jajan di mini market tempat bibi akan tukarkan kupon. Sesampai di rimah bibi bawa dua tentengan kecil. 1 kresek titipan saya dan satunya lagi jasil dari tukar kupon. Ada raut sedikit kesal dibalut tertawa konyol. Ternyata sembako yang dkmaksud disini adalah paket makan siang yang terdiri dari 1 bungkis nasi, 1 cup kecil puding dan 1 botol air mineral 330 ml. 

Saya juga ikut tertawa konyol namun sedih juga atas peristiwa ini. Kupon ini dibagikan satu hari sebelumnya oleh panitia pada penarik becak yang berada pada lokasi belakang komplek. Cukup jauh mereka berjalan untuk nenuju lokasi. Mereka memang sering mendapat nasi bubgkus atau kupon dari para dermawan. Biasanya untuk nasi bungkus, langsung dibagikan oleh dermawan dipangkalan becak mereka. Jika yang dibagikan kupon biasanya ditukar dengan sembako atau amplop di lokasi para dermawan.

Menurut saya niat baik dari pemilik mini market sangat mulia, tapi ada baiknya dalam bersedekah juga perlu dipikirkan teknisnya. Niat kita bersedekah adalah berbagi rezeki dan kebahagiaan. Jangan sampai malah menyusahkan. Kita harus benar-benar pikirkan teknis pembagiannya, jangan sampai merepotkan. Setidaknya usaha mereka sebanding dengan apa yang kita berikan. Kurang afdol, jika yang menerima derma malah jadi kesal. Jika memang tetap mau pakai sistem kupon demi ketertiban, silahkan tulis dengan jelas pada kupon tersebut "KUPON MAKAN SIANG". Kalau sudah tertulis jelas begitu, jadi yang hadir benar-benar yang mengharapkan. Sedekah yang kita berikan pun jadi tepat sasaran dan menambah keberkahan dalam rezeki kita insyaAllah. Tidak salah juga para tukang becak tersebut mengira itu adalah kupon sembako, karena biasanya seperti itu yang mereka terima apalgi ini yang ngasih mini matket.

Kasus pembagian sedekah ini yang berujung pada petakn sering sekali kita dengar lewat berita di televisi. Mereka rela beedesak-desakan, bahkan terinjak hanua untuk mendapatkan uang sebesar Rp.25.000 atau dapat palat sembakonyang hanya berisi 1 liter beras, 0,5 liter minyak dan mie instan. Ironi, kejadian ini mempertontonkan betapa banyaknya orng miskin di Indonesia. Alangkah lebih baik jika meniru sahabat Rasulullah, langsung mendatangai rumah-rumah para dhuafa di malam hari tanpa ketahuan untuk membagi-bagikan sedekahnya. Namun, bisa jadi juga mereka rela datang jauh-jauh dengan harapan tinggi, dapat banyak. Ternyata sampai di lokasi hanya dapat segitu jadilah kekesalan tertumpah pada aksi dorong-dorongan. Itu menurut hemat saya.

Niat baik bisa berubah jadi petaka jika tidak diperhitungkam secara matang. Bijaklah dalam berderma, sifat ikhlas adalah harga mutlak jangn sampai ada menyusup sedikitpun riya di dalam hati. Satu lagi yang harus dipertimbangkan, apakah mereka yng menerima kupon ini benar-benar membutuhkan. Betul kah tepat sasaran? Mungkin para tukang becak yang datang kesitu adalah mereka yang sudah datang dengan perut kenyang. Jila mereka tau itu adalah kupon makan siang mungkin bisa mereka berikan pada pemulung yang mungkin lebih membutuhkan. Jadi untuk bagi-bagi makan siang ini sepertinya memang langsung diberikan saja tidak usah pakai kupon. Jila beralasan tidak sempat untuk mengantar langsung, tulis saja besar-besaran di depan toko bahwa pada hari inibada paket makan siang gratis. Silahkan datang dan ambil. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lelaki Ku

Terpisah jarak dan waktu dari orang yang dicinta Pergi jauh dari tanah kelahiran demi wujudkan cita Tekad membaja sebagai bekal diri ...