Rabu, 16 Mei 2018

Komentar Jahat???

Dunia media sosial menjadi salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia modern. Bahkan terkadang seseorang bisa terlihat lebih terbuka dalam menulis status-statusnya dibanding dunia nyatanya. Mudahnya manusia sekarang dalam berinteraksi lewat dunia maya membuat beberapa etika dalam berinteraksi ditabrak. Jika pepatah dulu mengatakan bahwa mulut mu harimau mu, sekarang berlaku jari mu harimau mu yang bisa menerkam mu setiap saat.

Menilik judul tulisan ini tentang komentar jahat, pasti semuanya sudah paham apa yang dimaksud dari istilah tersebut. Interaksi yang terhubung lewat layar gawai masing-masing membuat seseorang sangat bebas ingin mengetik apa saja dalam beeselancar di dunia maya. Beberapa waktu lalu ada seorang bunprof yang menampilkan tentang hitungan pengeluarannya selama sebulan. Postingan tersebut dibuat sebagai salah satu tugas dalam game "cerdas finansial". Kesalahan terbesar menurut para netizen yang melayangkan berbagai komentar sinis adalah rincian pengeluarannya yang tidak masuk akal, mana mungkin di jaman sekarang dengan anak 2 kalau ga salah) bisa hidup hanya dengan uang 2,5 juta rupiah. Banyak hal yang tidak tercantum dalam rinciannya dan terlihat seperti mengada-ada. Padahal jika saya amati postingan tersebut bisa jadi memang seperti itu kenyataan hidupnya. Mungkin saja memang dia dapat rumah gratis, anaknya dibiasakan untuk tidak pakai pospak sepanjang hari dan juga tipe ibu-ibu yang kemana-mana cukup bermodalkan bedak tipis-tipis saja tanpa skincare yang lain-lain hehehe.

Pernahkah kita berpikir apa yang orang lain rasakan ketika membaca komentar negatif kita? Apakah kita benar-benar bisa memastikan mereka akan baik-baik saja setelah membaca komentar-komentar tersebut? Jika komentar jahat tersebut dilayangkan kepada publik figur a.k.a orang terkenal mungkin menurut sayabtidal terlalu masalah karena biasanya mereka juga sudah mempersiapkan diri efek samping dari keterkenalan. Nah bagaimana dengan ibu seperti contob diatas tadi? Mungkin saja juga banyak orang-orang biasa seperti ibu tadi, tiba-tiba menjadi viral yang diikuti pula dengan komentar jahat. Padahal sudah pasti niat awal dia mengunggah status tersebut hanya ingin berbagi atau bisa jadi bentuk penguatan dirinya agar selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Bisa jadi dia juga sedang berjuang untuk belajar Qanaah. Ingat! Dunia maya itu tidak selalu menampilkan  kondisi terkini di lapangan. Misalnya kita melihat seorang teman mengunggah foto-foto lagi liburan. Terus ada yang berkomentar, ih enak ya bisa jalna-jalan terus. Pantes saja bisa jalan-jalan, suaminya tajir sih belum punya anak lagi bla...bla . Padahal teman yang mengunggah foto liburan tersebut lagi terbarong di tempat tidur, harus istirahat total akibat pendarahan yang dia alami . Foto tersebut diunggah sebagai bentuk luapan rasa bosan dan sedih yang dia alami.

Bijaklah dalam memainkan jari merangkai kata-kata dalam berkomentar di sosial media. Setiap kebaikan dan keburukan sekecil apapun pasti akan berbalik pada kita. Satu lagi yang terpenting, sebelum menggunggah sesuatu coba pikirkan dulu, apalah memang layak jadi konsumsi umum? Apakah itu benar bukan hoax? dan sekali-kali jangan pernah mengada-ada, hidup di dunia maya itu harus selaras dengan di dunia nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lelaki Ku

Terpisah jarak dan waktu dari orang yang dicinta Pergi jauh dari tanah kelahiran demi wujudkan cita Tekad membaja sebagai bekal diri ...