Selasa, 08 Mei 2018

Anak Pertama Penuh Perjuangan

Sepasang pengantin yang telah sah pasti berharap untuk segera punya momongan. Alhamdulillah pada usia pernikahan menginjak bulan kedua saya positif hamil. Kondisi kehamilan ini sangat nyaman buat saya karena tidak mengalami mual-mual, istilah orang-orang "hamil kebo". Saat itu saya lagi sibuk-sibuknya bimbingan tesis dan merampungkan penelitian, jadi hampir sejauh 30 km saya tempuh dengan mengendarai motor.

Menginjak minggu keenam tiba-tiba muncul flek, langsung suami membawa ke rumah sakit dan saya harus diopname beberapa hari. Ternyata saya yang merasa hamil "kebo" karena tidak mual, sebaliknya janin yang di dalam justru dalam keadaan lemah. Setelah flek berhenti, saya diperbolehkan pulang dengan melanjutkan bedrest di rumah. Beberapa hari kemudian flek kembali muncul. Namun kali ini kami tidak langsung ke rumah sakit, saya istirahat di rumah saja dengan menghabiskan obat penguat yang dikasih dokter.

Tengah malam di minggu ketujuh usia kehamilan, saya merasakan sakit perut. Rasa sakitnya seperti sembelit namun lebih ngilu. Rasanya seperti ada yang mendorong-dorong dari dalam. Suami saya terbangun karena mendengar saya merintih. Sakitnya hilang timbul, kurang lebih 2 jam saya rasakan seperti itu. Hati saya tidak tenang. Saya tidak bisa melakukan apa-apa kecuali hanya berbaring menahan sakit. Saya menyuruh suami untuk shalat tahajud. Ketika suami shalat, saya merasakan sakit yang luar biasa, seperti ada yang mengaduk-ngaduk perut dan mendorong sesuatu untuk keluar. Croot... tetiba ada sesuatu yang saya rasakan keluar dan seketika sakit saya hilang. 
Seusai shalat suami bertanya: "apakah masih sakit? "
"Tidak" jawab saya. Saya tidak menceritakan kalau ada sesuatu yang keluar karena saya belum siap. Akhirnya kami melanjutkan tidur.

Saya langsung menuju kamar mandi setelah bangun tidur. Terlihat ada segumpal darah, kurang lebih sebesar bola pimpong. Saya langsung menangis dan berujar kepada suami, sepertinya janin kita sudah keluar. Barulah saya ceritakan kejadian semalam pada suami. Kami tergugu menangis berdua dan menelepon saudara yang pernah juga mengalami keguguran untuk minta referensi dokter. Alhamdulillah pagi itu ada jadwal dokter. Saya hanya ganti baju luar, baju dalam tidak saya ganti. Setiba di klinik, bidan melihat darah tersebut dan menyatakan bahwa itu memang janin. Dokter melakukan USG, layarnya bersih. Rahim saya sudah kosong. Akhirnya saya hanya dikasih obat pembersih darah.

Enam bulan kemudian kami baru melakukan program hamil kembali. Saya sudah menyelesaikan kuliah S2. Alhamdulillah tidak menunggu waktu lama, Allah mengamanahi kami kembali. Berdasarkan pengalaman pertama, saya minta sama Allah untuk hamil kali ini saya ingin dikasih tau kalau tubuh saya tidak kuat agar jadi pengingat bahwa ada janin lemah di dalam yang harus saya jaga. Jadi saya merasakan morning sickness dan mual-mual ketika mencium aroma tertentu. Saya juga jadi gampang lelah, beruntung beban kerja dikantor tidak lagi banyak sehingga bisa istirahat di sela-sela bekerja. Awal kehamilan saya sempat flek satu kali sehingga selama trimester pertama saya minum obat penguat dan 2 butir telur ayam kampung. Serangkaian uji lab pun saya lakukan untuk menghindari terjadi keguguran kembali.

Trimester pertama terlewati dengan baik, selanjutnya di trimester kedua saya sudah jauh lebih fit. Makan juga sudah enak, namun suami saya sangat protektif soal makanan yang saya makan. Saya puasa jajan bakso dan rujak selama hamil. Padahal 2 makanan tersebut penggoda iman ibu-ibu hamil. Beliau ketakutan karena pada kehamilan pertama dulu saya sering sekali jajan bakso pedas dan makan yang asam-asam. Kemungkinan ini juga menjadi pemicu keguguran karena porsi makannya sudah berlebihan. 

Bulan-bulan selanjutnya berjalan jauh lebih baik. Sampai menginjak usia 8 bulan saya harus terbang ke kampung halaman untuk melahirkan. Sama-sama belum punya pengalaman dan tidak ada keluarga dekat di perantauan menjadi alasan untuk saya melahirkan di kampung dekat dengan keluarga besar. Berada dalam suasana dukungan keluarga menjadi salah satu faktor kemudahan dalan menjalani persalinan, karena merasa tenang dan nyaman. Alhamdulillah tanggal 8 Ramadhan anak pertama kami lahir melalui persalinan spontan dengan bidan yang masih keluarga sendiri. Terbayar sudah semua air mata yang keluar. Sungguh Allah itu akan menganugerahi nikmat pada waktu yang terbaik, kami punya anak saat saya sudah lulus artinya waktu saya sudah bisa lebih fokus pada anak. Saat itu juga kami sudah membeli rumah yang sebelumnya kami mengontrak disana. Setiap anak memang terlahir berikut dengan rezekinya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lelaki Ku

Terpisah jarak dan waktu dari orang yang dicinta Pergi jauh dari tanah kelahiran demi wujudkan cita Tekad membaja sebagai bekal diri ...