Rabu, 08 Februari 2017

MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH

Berbicara rumah tangga berarti ada 3 hal pokok disana, yaitu rumah itu sendiri , orang-orang yang ada di dalam rumah tersebut (Keluarga) dan Lingkungan. Jika kita mau membangun suatu peradaban, bearti kita harus bisa mensinergikan ketiga komponen tersebut. Rumah harus bisa menjadi tempat yang nayaman dan aman untuk belajar dan mengembangkan diri. Keluarga dan Lingkungan yang mendukung juga syarat penting untuk membangun peradaban.

Baiklah, melanjutkan peran saya disini sebagai perempuan yang sudah berkeluarga, artinya saya juga punya tanggung jawab kepada suami dan anak disamping diri saya sendiri. Hal-hal apa saja yang harus saya lakukan untuk membangun sebuah peradaban dari dalam rumah? Pastinya yang pertama adalah saya harus benar-benar mengenali setiap pribadi yang ada dalam rumah saya yaitu suami dan anak-anak. Selanjutnya saya harus memahami apa peranan saya sesungguhnya dan kenapa saya harus berada di rumah ini beserta lingkungannya. Baiklah langsung saja saya mulai analisa satu-persatu.

a. Saya sebagai Istri
   Suami adalah panutan saya. Saya harus nyaman dengannya, menyayangi dan mencintainya agar kehidupan ini berjalan selaras dan seirama. Untuk itulah saya sudah menyelesaikan tantangan dari tim IIP untuk membuat surat cinta dan mengirimkan pada sang suami. Rasa-rasanya ini adalah surat cinta pertama yang saya buat :-) Dengan diksi yang mengalir begitu saja dan taraaaa.... jadilah beberapa paragraf yang puitis hehehe. Nah saya hanya akan mencantumkan respon suami atas surat yang sudah saya buat:
Seneeng dan agak geli sih dapat respon seperti ini, karena saya itu orangnya ga romantis dan ga verbal. jadi ga suka dipuji atau digombalin.... tapi mah katanya kita juga harus senang di romantisin dan memuji2 suami dengan kalimat2 romantis. karena bisa sebagai pengawet cinta ceunah hehehe

b. Saya Sebagai Ibu
 Anak kami 2 orang, yang pertama laki-laki usia 5,5 tahun dan adiknya perempuan usia 16 bulan. Potensi kaka menurut saya adalah robotik dan bahasa. Karena kakak sangat suka bermain lego dan senang bercerita. Sebagai sulung dia memang lebih cenderung agak 'keras kepala', hal ini bisa saya arahkan ke hal positif nantinya. sifat 'keras kepala' menjadi tegas dan bijak yang merupakan modal utama bagi dia nanti sebagai pemimpin, minimal memimpin keluarganya. Adek masih kecil jadi belum terlihat jelas potensinya, cuma adek orangnya perhatian dan ramah. Sifatnya ini bisa dikembangkan untuk menjadi  penyayang dan empati.

c. Saya Sebagai Individu
  Potensi terbesar dalam diri saya adalah sifat gigih yang saya miliki. Jika sudah punya keinginan saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapainya. Mungkin dengan berbekal sifat ini lah saya dihadirkan di tengah-tengah keluarga saya seperti sekarang ini. Suami saya adalah sosok yang sabar dan tenang. Let it flow... itu lah mungkin prinsipnya. Dengan sikap gigih yang saya miliki dan sikap tenang suami ini bisa menjadi kombinasi yang baik diantara kami berdua. Makanya, rencana2 yang tersusun dalam keluarga kami bisa dikatakan sebagian besar berasal dari saya, suami akan berperan sebagi penasehat dan pemberi keputusan akhir. Disaat apa yang saya rencanakan gagal, maka suami lah yang akan membesarkan hati saya dengan sifat sabarnya. Kedua anak kami adalah tipikal yang aktif, kalo kaka sudah terlihat sifat kritisnya. Mungkin Allah menakdirkan anak-anak seperti itu untuk meningkatkan kesabaran saya dan selalu menambah wawasan agar dapat menjawab semua pertanyaan mereka dengan baik. Kebetulan saya dan suami sama-sama senang belajar .

d. Saya sebagai bagian dari Lingkungan
 Saya dan suami sama-sama anak rumahan, berasal dari keluarga yang harmonis. Mungkin karena latar belakang itulah sekarang kami tinggal di lingkungan komplek yang nyaman seperti ini. Karena kami orang rumahan, kebetulan juga komplek saya orangnya individualis tapi masih perhatian. ya intinya tidak suka kepo dengan kehidupan orang lain. Lingkungan seperti ini adalah salah satu nikmat dari Allah menurut saya, kami dihadirkan disini agar bisa hidup dengan tenaang, tanpa banyak adaptasi sehingga akan lebih mudah untuk kami menentukan langkah untuk bermanfaat bagi sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lelaki Ku

Terpisah jarak dan waktu dari orang yang dicinta Pergi jauh dari tanah kelahiran demi wujudkan cita Tekad membaja sebagai bekal diri ...